Menjelang ulang tahunnya yang ke - 66 tanah air kita masih berkutat pada masalah yang sama. Dari tahun ketahun beberapa masalah yang sangat urgent terus dibahas dan didiskusikan oleh berbagai elemen pemerintahan bangsa ini. Seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Tapi apa yang terjadi sekarang ini, realitanya sungguh sangat berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan. Menurut "National Trainer Care, Support and Treatment IMAI-HIV/AIDS" Jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 93 ribu - 130 ribu orang, tak cuma itu menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 ada sekitar 13 juta anak SD dan SMP di Indonesia terancam putus sekolah dan 80 persen penyebabnya adalah desakan ekonomi. Ironis bukan!.
Sekarang pertanyaan untuk kita semua adalah bagaimana caranya agar kita bangsa indonesia bisa menjauhi berepa masalah sosial tersebut, dan berpacu melawan waktu untuk sebuah kehidupan yang lebih maju, dan tentunya lebih sejahtera.
Membahas sedikit mengenai kemiskinan dan ketidaksejahteraan negeri ini, kemiskinan memang bukanlah hal yang baru di Indonesia. Masalah ini telah bertahun tahun menjadi agenda nasional yang wajib untuk diskusikan. Sebenarnya kita tidak perlu mencari jawaban kemana – mana mengenai cara mengatasi masalah ini, karena sesungguhnya bangsa ini sudah mempunyai jawaban akan masalah kemiskinan yang sedang dihadapi negeri ini.
Seperti yang telah kita ketahui bersama salah satu tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 tepatnya pada alinea keempat adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan jika kita benar benar menghayati kutipan UUD 1945 tersebut, pastilah kita akan menemukan jawaban atas berbagai masalah sosial dan ekonomi, khususnya kemiskinan yang sedang dihadapi bangsa kita.
Sebenarnya untuk memajukan kesejahteraan umum (meniadakan kemiskinan) kita hanya perlu melakukan satu hal yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan mencerdaskan kehidupan bangsa pasti haruslah dengan ilmu dan pengetahuan, dan sekarang tinggal bagaimana kita untuk mencarinya, boleh dengan cara belajar giat maupun yang lainnya karena sesungguhnya ilmu itu ada dimana – mana, yakin dan percayalah. Sadar atau tidakkah kita, sesungguhnya jauh sebelum bangsa ini lahir, berabad abad sebelum para pemikir barat memperkenalkan teori mereka mengenai cara memberantas kemiskinan sesungguhnya seorang ulama besar islam juga telah menawarkan cara yang sama seperti yang di kemukakan para bapak bangsa kita. Sekarang coba ingat sebuah syair dari Imam Syafi’ie.
“Barangsiapa yang ingin hidup bahagia di dunia maka hendaklah dia memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia di akhirat mestilah memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia pada keduanya maka mesti juga dengan ilmu”. (Imam Syafi’ie Rahimakumullah)
Bukankah itu adalah jawaban yang bertahun tahun dicari bangsa ini. Hal yang terus didebatkan serta didiskusikan dalam berbagai sidang DPR. Tidakkah kita menyadari betapa ilmu akan memberantas kemiskinan serta mempersembahkan kesejahteraan untuk kita, atau mungkin kita pura – pura tidak tahu bahkan terus membisu dalam kegelapan yang tiada akhir.
Sadar atau tidakkah kita, sesungguhnya pendidikan adalah sebuah kata yang tidak akan memudar dan terkikis bersama waktu, serta betapa pendidikan menjadi elemen yang terpenting dalam kisah kesuksesan berbagai bangsa. Kita semua pasti mengenal negara Jepang, USA, Jerman, Inggris, China, dan berbagai negara maju lainnya. Sesungguhnya alasan mengapa mereka maju, kaya, makmur, dan sejahtera tak lebih berkat mantra ajaib pendidikan. Mantra ajaib tersebut sebenarnya juga telah menjalari dan menyinari kehidupan kita saat ini, kita dapat merasakan terangnya malam dengan gemerlap lampu itu berkat pendidikan serta ilmu pengetahuan, mudahnya berpergian dengan kendaraan juga berkat pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta mudahnya berkomunikasi dengan telepon serta sambungan internet, tak lebih dari jasa, usaha, dan kerja keras mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dengan topangan pendidikan. Tak luput juga berbagai nama telah mencatatkan dirinya sebagai prioner di muka bumi ini. Seperti Alexander Graham Bell dengan teleponnya, Edison dengan lampunya, newton dengan berbagai teori fisikanya, J. Dalton dengan teori atomnya, Eistein dengan teori relativitasnya, Mendel dengan genetikanya, Galileo dengan teropong dan termometernya, algoritma dengan penalaran aljabarnya, avicenna dengan qanun fi thib (canon of medicine)nya, dan berbagai prioner lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan kembali pendidikan dan ilmu pengetahuan menjadi pondasi utama kesuksesan mereka semua.
Dan bagaimana dengan bangsa kita sendir,.yakinlah, sesungguhnya kesejahteraan itu bukanlah hal yang mustahil bagi bangsa kita, bahkan menurut banyak orang kesejahteraan adalah hal yang mutlak bagi bangsa ini. Dan kini yang harus kita lakukan adalah membenahi pendidikan kita. Memang, saat ini begitu banyak instansi yang menyatakan dirinya adalah lembaga pendidikan. Tapi sudah berhasilkah upaya mereka hingga saat ini?.
Dan satu hal lagi pendidikan saja tidak cukup untuk menopang kesukseesan kita bangsa indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama ada berapa ribu sarjana yang bekerja sebagai buruh, supir angkot, dan berbagai pekerjaan kasar lainnya dengan penghasilan yang sangat rendah. Bahkan ada juga sarjana yang menjadi pengangguran dan menambah rentetan masalah di negeri ini. Terbukti bukan, pendidikan saja tidak menjamin kesejahteraan bangsa ini. Toh sekarang ijazah bisa dibeli dengan mudahnya. Kini berbagai instansi berlomba - lomba menjual ijazah demi uang yang tidak akan pernah dapat dipertanggungkan di akhirat kelak. Dan dunia juga telah mencatat berapa banyak orang telah mencatatkan dirinya dalam buku kesuksesan walau hanya dengan pendidikan yang biasa biasa saja. Tapi disana ia memainkan skillnya dan menutupi berbagai kekurangannya, mengubah segala kelemahan dalam dirinya untuk menjadi kekuatan untuk menghadapi dunia. Juga mengubah segala ancaman menjadi peluang - peluang yang tidak pernah habis. Seperti Soichiro Honda, seorang tamatan SMA yang berhasil menuai sukses dengan sepeda motornya. Sekarang tidak ada salahnya bukan, kita belajar dari berbagai kesuksesan mereka.
Bagaimana jika kita menggabungkan pendidikan dan lifeskill untuk menggapai kesejahteraan yang telah lama diimpi – impikan bangsa ini. Bukankah ini opsi yang sangat menarik. Kita dapat mengambil contoh dari kesuksesan Bapak Chairul Tanjung, pemilik Trans Corps serta Para Group. Dia berhasil menyatukan pendidikan yang diperolehmya dengan bakat berwirausahanya. Dan tidak salah apabila kita mulai belajar dan mengasah lifeskill kita dalam berwirausaha dan jangan lupa pula untuk terus belajar formal. Untuk apa kita berdesak – desakan menjadi PNS serta pegawai kantoran lainnya jika dengan berwirausaha kita bisa suskses, bahkan kita juga bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Dan sekarang tidak salah apabila kita mulai menyuarakan slogan baru untuk kesejahteraan bangsa ini “dengan pendidikan dan wirausaha hidup lebih sejahtera”. Ayo bangkit Indonesia kita bisa.